Detail

Kenali dan Cegah Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal memang tak terlalu banyak dibicarakan dibanding jenis kanker lain, seperti kanker payudara atau kanker prostat. Padahal menurut data dari Depkes tahun 2006, kanker kolorektal atau kanker usus besar merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah kasus 1,8/100.000 penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat dari masyarakat. Namun bukan berarti kanker ini tidak bisa diobati. Bila dideteksi sejak dini, penyakit kanker yang menyerang usus besar dan rektum (bagian usus paling bawah sampai anus atau dubur) masih bisa disembuhkan.

Gejala kanker kolorektal

Biasanya kanker kolorektal terjadi karena pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma). Sel tersebut awalnya berbentuk polip yang dapat diangkat. Namun bila dibiarkan dalam waktu lama, bisa berpotensi menjadi kanker. Bila polip telah berubah menjadi sel kanker, maka akan timbul gejala-gejala seperti berdarah ketika buang air besar, diare dan sembelit tanpa sebab yang berlangsung lebih dari enam minggu, atau perasaan buang air besar yang tidak tuntas. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah penurunan berat badan dengan cepat tanpa sebab, rasa sakit atau kram di perut, dan badan terasa lemah serta lemas. Kanker kolorektal bisa dideteksi sejak dini. Deteksi dini kanker kolorektal juga dapat mencegah terjadinya kanker usus besar karena polip. Pertumbuhan pra kanker juga dapat ditemukan sehingga bisa diangkat sebelum menjadi kanker. Metode deteksi dini kanker kolorektal yaitu berupa kolonoskopi, yang dilakukan 10 tahun sekali. Sedangkan deteksi dini yang bisa dilakukan setahun sekali adalah pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan kadar CEA (petanda tumor) dalam darah, tes darah samar dalam feses dan DNA feses.

Faktor risiko dan pencegahannya

Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah, seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron), dan memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat. Salah satunya adalah mengonsumsi daging merah dan daging olahan secara berlebihan. Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal, batasi makanan tinggi lemak termasuk daging merah. Merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan seratnya akan mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang.

Sumber : Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

   Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

   Kementrian Kesehatan Republik Indonesia